Sabtu, 20 September 2008

Tagih Janji Kokok Menegerikan Poltek

MADIUN -- Janji adalah hutang. Dan hutang harus dibayar. Kemarin (15/9), sejumlah perwakilan mahasiswa Politeknik (Poltek) Madiun menggelar aksi di kampusnya. Mereka menagih Wali Kota Kokok Raya yang di awal masa jabatan berjanji akan menjadikan Poltek sebagai perguruan tinggi negeri (PTN).

''Masih teringat jelas, bahwa salah satu progam kerja bapak (Kokok) jika jadi wali kota adalah menjadikan kampus negeri di sini. Tapi mana buktinya?'' terang Sasmita EP, perwakilan mahasiswa.

Tidak hanya itu, mahasiswa juga memberi warning agar Kokok Raya dan seluruh calon wali kota tidak sekadar mengobral janji. Sebab, yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah komitmen dan kerja nyata. ''Banyak persoalan masyarakat perkotaan yang hingga kini belum terjawab maupun terselesaikan dengan baik,'' ujar Sasmita.

Sasmita lantas menyebut banyaknya angka kemiskinan yang mencapai puluhan ribu. Kurangnya pemerataan pendapatan, pendidikan yang mahal dan tingkat pengangguran yang cukup tinggi. ''Terus terang kami gelisah melihat adanya proses kemiskinan yang terus berlanjut. Serta kekuatan politik yang mementingkan kelompok tertentu,'' tandasnya.

Aksi mahasiswa tersebut disampaikan usai pembukaan orientasi mahasiswa baru Poltek. Rencanannya, Ospek tersebut dibuka langsung Wali Kota Kokok Raya. Hanya saja, lantaran orang nomor satu di pemkot tersebut ada agenda lain, Kokok diwakili Sekkota H. Suparminto.

''Saya yakin wali kota tidak ingkar janji. Tapi masih berusaha merealisasikan kampus negeri itu,'' terang Suparminto yang jadi calon wakil wali kota berduet dengan Kokok dalam Pilwakot Madiun, 23 Oktober 2008 mendatang.

Menurut Suparminto, proses penegerian kampus bukan sepenuhnya kewenangan pemkot. Tapi menjadi kewenangan pemerintah pusat melalui Mendiknas. Meski begitu, pemkot akan berjuang keras merealisasikan kampus negeri itu. ''Melihat potensi pendidikan yang ada di Madiun, kami bertekad mewujudkan kampus negeri itu apapun yang akan terjadi,'' tegasnya. (dhy)

www.JawaPos.com(16/09)

Senin, 14 Juli 2008

SEMENIT SAJA

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid
untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun
betapa singkatnya kalau kita melihat film.

betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun
betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman
tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun
kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.

Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur'an tapi
betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun
lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun
alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun
betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada
saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur'an; namun
betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun
betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa Takutnya kita apabila dipanggil Boss dan cepat-cepat menghadapnya namun
betapa kita berani dan lamanya untuk menghadapNya saat kumandang azan menggema.


Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.
Betapa kita dapat menyebarkan seribu
lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun
kalau ada mail yang isinya tentang Keutamaan Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon
DELETE.

ANDA TERTAWA ...? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR...?
Sebar luaskanlah Sabda-Nya, bersyukurlah
kepada ALLAH, YANG MAHA BAIK,PENGASIH DAN PENYAYANG.
Apakah tidak lucu apabila anda tidak memFORWARD pesan ini. Betapa banyak
orang tidak akan menerima pesan ini, karena anda tidak yakin bahwa mereka
masih percaya akan sesuatu?

Minggu, 16 Desember 2007

Benarkah Semua ini???????


Mengecewakan boss adalah bahaya besar. Tapi mengecewakan konsumen adalah bahaya yang lebih besar karena konsumen adalah boss dari boss kita...!!! Hehehehehe...

Kamis, 22 November 2007

Coba Pikirkan


Coba Pikirkan


Kenapa Tuhan menciptakan sela di jari-jari kita???
Karena tuhan akan mengisi sela-sela itu dan menggenggammu
selamanya...

Kenapa Tuhan juga menciptakan
2 mata, 2telinga, 2 kaki dan 2 tangan???
tapi satu hati?....


Itu karena pasangannya ada pada
Seseorang di suatu tempat...
entah dimana


Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya....
disaat yang tepat...
Dengan seseorang yang tepat
Dan pilhan yang tepat...
Hanya dari Allah SWT...

Selasa, 20 November 2007

Ki Ngabehi Suro Diwiryo

Ki Ageng Hadji Ngabehi Soerodiwirjo (Eyang Suro) lahir pada 1869 di Gresik, Jawa Timur. Putra tertua Ki Ngabehi Soeromihardjo (Bupati Gresik pada saat itu) yang bergaris keturunan sampai ke Sultan Syah Alam Akbar Al-Fattah (R. Patah), Sultan Demak I (kerajaan Islam pertama yang berpusat di Jawa). Sejak kecil, beliau sudah tinggi semangatnya dalam menimba ilmu. Pada usia 15 tahun, beliau belajar agama sekaligus pencak silat di pondok pesantren Tebuireng, Jombang (Jawa Timur). Setahun kemudian (pada usia 16 tahun), beliau menjadi pegawai pengawas di Bandung dan menggunakan kesempatan selama tinggal di tempat barunya ini untuk mengenal dan mempelajari beragam pencak silat aliran Pasundan (Jawa Barat) seperti Cimande, Cikalong, Cipetir, Cibaduyut, Cimalaya dan Sumedangan. Pada usia 17 tahun, beliau mempelajari pula pencak silat-pencak silat aliran Betawen, Kwitang dan Monyetan ketika dipindahkan oleh kantornya ke Betawi (Jakarta). Pada usia 18 tahun, beliau dipindahkan lagi ke Bengkulu dan kemudian ke Padang (Sumatra Barat). Di sini pun beliau banyak mempelajari berbagai aliran pencak silat setempat seperti Padang Pariaman, Padang Panjang, Padang Sidempuan, Solok, Singkarak dan Kuda Batak. Di daerah ini beliau tinggal selama 10 tahun sebelum kemudian ke Aceh dan mempelajari aliran pencak silat setempat.

Melalui perguruan-perguruan pencak silat Setia Hati yang didirikan para muridnya inilah ajaran-ajaran Eyang Suro turut disebarkan ke masyarakat. Berhubung situasi pada saat itu adalah berada di tengah-tengah semangat patriotik yang tinggi menghadapi penindasan penjajah maka semakin banyak pula para pemuda yang turut bergabung untuk belajar. Setia Hati masih eksis hingga kini dan berkembang luas, bukan hanya di berbagai penjuru daerah Nusantara namun juga manca negara.

"Kata-kata Pesan"

Jika langitmu sedang tertutup mendung,
pejamkan matamu niscaya engkau akan melihat bintang2  di balik mendung.....


jika bumi di sekelilingmu sedang tertutup salju
pejamkan matamu niscaya engkau akan melihat
padang rumput  di bawah salju.....